Archive for the ‘produk’ Category

Barang rusak

Aku kadang ‘gimana’ gitu jika ada barang-barang yang aku beli/pakai rusak. Bulan ini barang yang rusak antara lain gerinda merek Makita, yang aku beli 6 tahun lalu, sudah tidak dapat digunakan lagi. Gerinda ini agak lama dipinjam temanku, untuk memotong tegel teraso yang dipasang dirumahnya, dilanjutkan untuk memotong-motong besi. Ketika akhirnya aku ambil, dan aku pakai untuk mengerjakan sesuatu di rumah, e…. baru beberapa saat mutarnya sudah nggak kencang, trus akhirnya mati. ya sudah.. itu motornya rusak. Mau beli lagi, masih belum ada urgensinya, karena barang itu sangat jarang aku gunakan, juga karena harganya sekarang hampir 1 juta rupiah.

Continue reading

Browser baru: Google Chrome

Kemarin pagi mulai aku pakai browser Google Chrome, ya coba-coba, mau tahu gimana kinerjanya. Secara umum aku anggap sangat bagus, tampilannya simple, kecepatannya ya OK. Aku badingkan dengan Mozilla Firefox, yang sudah aku speedup dengan Fasterfox, aku test bersama-sama (selisih sedikit waktu nge-kliknya) masih lebih cepat Google Chrome dalam menampilkan halaman web.

Continue reading

GPS-nya Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata

Sejak jaman dulu, kenapa KKN (tidak) selalu bikin “papan nama petujuk jalan”. Kali ini KKN dari UNDIP (Universitas Diponegoro) Semarang yang ber-KKN di desa tempat tinggal orang tuaku, lagi-lagi bikin papan petunjuk jalan.

Aku mengakui jika petunjuk jalan memang sangat “powerful” dalam memandu orang-orang asing di suatu tempat, tapi… kalau petunjuk jalan itu dibuat dari KAYU apalagi dari TRIPLEKS…, mau bertahan berapa lama?

Mbok ya mahasiswa kreatif dikit, jangan hanya berpikir “proyek jangka pendek” bikin petujuk jalan dari logam misalnya ‘galvanil’, bertiang pipa besi, jadi sekali buat bisa untuk jangka panjang.


Gambar: papan nama dari tripleks, sekali kehujanan, dijamin tripleksnya hancur…Untung KKNnya di musim kemarau…
Continue reading

Lilin pembersih telinga, benarkah ???

Seorang mahasiswi menawarkan lilin pembersih telinga “Indian Ear Candle“. Aku tahu “terapi” model begini memang ada, ( antara lain dapat dilihat di sini ). Karena belum pernah mencoba, aku penasaran dan membelinya 2 pasang. 1 pasang aku coba sendiri, dan setelah aku coba, aku “analisis” cara kerjanya, dan kesimpulanku adalah bahwa LILIN itu TIDAK MEMBERSIHKAN TELINGA.

Kotoran yang terkumpul adalah ‘berasal dari lilin itu sendiri‘ dan menjadi mirip dengan kotoran telinga, dan itu yang DIANGGAP sebagai kotoran telinga yang “disedot” dari lubang telinga.

Untuk menguji ‘kesimpulanku, 2 hari kemudian aku coba satu lilin pada telinga anakku Icha, dan bersamaan dengan itu, aku bakar lilin tidak ditelinga.

Mau lihat selanjutnya?? Akhirnya TERBUKTI bahwa KOTORAN yang dianggap kotoran telinga itu tidak lain adalah kotoran yang dihasilkan lilin itu sendiri… (atau jangan-jangan ini lilin palsu ya….?)
Continue reading