Sabdo Palon, Islam Jawa, dan Merapi

Beberapa orang memaknai letusan Merapi tahun 2010 ini sebagai awal Sabdo Palon memenuhi sumpahnya untuk menyebarkan ‘agama budi’ di tanah Jawa. (baca tulisan saya sebelum ini, bahwa ‘agama budi’ bukan ‘agama buddha’ di http://www.facebook.com/note.php?note_id=453995233550 ).

Mengapa 2010? Ini berdasarkan perhitungan otak-atik gathuk, yang di-pas-pas-kan. Bagaimana bisa pas?

Bait pertama tembang Sinom (salah satu dari 20 bait tembang Sinom yang berkisah tentang Sabdo Palon)
Sanget-sangeting sangsara,
kang tumuwuh tanah Jawi,
sinengkalan taunira,
Lawang Sapto Ngesthi Aji,
upami nabrang kali,
prapteng tengah-tengahipun,
kaline banjir bandang,
jerone nyilepake jalmi,
kathah sirna manungsa kathah pralaya.

terjemahan literal dari tembang itu adalah:
Sangat-sangatnya sengsara,
yang timbul di tanah Jawa
ditandai pada tahun,
sembilan tujuh delapan satu (Candra sengkala ini bisa menunjuk tahun 1879 atau 1978)
seumpama menyeberang sungai
sampai ditengah-tengahnya
sungainya banjir bandang
dalamnya menenggelamkan manusia
banyak manusia mati, banyak bencana.

Kisah Sabdo Palon berlatar belakang pada masa pemerintahan Raja Brawijaya V, raja terakhir Kerajaan Majapahit yang memerintah sampai tahun 1478.

Dalam Serat Darmogandhul, secara jelas Sabdo Palon menyebut “ 500 tahun setelah hari ini”, maka dengan anggapan bahwa saat itu adalah tahun 1478, ditambah 500 tahun menjadi 1978, pas dengan candra sengkala (kode tahun) “Lawang Sapto Ngesthi Aji” yang menunjuk tahun 1978.

Mengapa tahun 2010, bukan 1978?

Beberapa sumber dari internet, saya temukan kata-kata ini (konon dari Babad Sabdo Palon – sampai saat ini saya belum menjumpai yang berbahasa Jawa)

“Dan ingatlah keharuman air wangi nanti akan bertahan selama 500 tahun dan 4 jaman.” Usai berkata demikian Sabdopalon dan Noyoginggong “moksa” (menghilang). Mendengar kata-kata itu Brawijaya menangis tetapi semuanya sudah terlambat. Untuk memberi saksi harumnya air wangi menjadi berbau basin dan banger, tempat itu diberi nama Jember.”

Jaman dalam penanggalan Jawa, lebih dekat dengan arti ”WINDU” (8 tahun), paling tidak, ada sebagian komunitas Jawa yang mengharapkan datangnya ”WINDU KENCANA” atau ”jaman keemasan”.

Jadi 4 jaman = 4 x 8 tahun = 32 tahun,
jika ditambah 1978 menjadi tahun 2010, pas, tidak kurang tidak lebih (walau memang di-pas-pas-kan, hahaha…)

[ Perlu dicatat, bahwa di beberapa website, tahun 1978 dianggap sebagai tahun yang memenuhi 500 tahun-nya Sabdo Palon (sejak tahun 1478), karena di Departemen Agama Republik Indonesia dibentuk Direktorat Bimbingan Masyarakat Buddha, dan ini dianggap sebagai awal kebangkitan Buddha di Indonesia. Namun jika dilihat dari website Direktorat Bimas Buddha (http://bimasbuddha.kemenag.go.id), lembaga itu tidak didirikan tahun 1978. ]

OK, namun beberapa orang juga memberi peringatan, bahwa Merapi kali ini akan meletus hebat, mungkin saja yang terjadi sejak tanggal 26 Oktober hingga hari ini (7 November 2010), belum ada yang terhebat, karena belum menimbulkan kerusakan yang masif. Masih dikuatirkan Merapi akan meletus lebih hebat lagi, atau paling tidak, akibat letusan kali ini akan masih ”lebih hebat” daripada yang sudah nampak di depan mata.

Mengapa Jogjakarta yang menjadi ”sasaran” dari amukan Merapi?

Kembali dimulai dari jaman Majapahit. Setelah Brawijaya V, Majapahit yang Hindu-Buddha, kejayaan Majapahit berakhir, dan digantikan oleh kejayaan Kerajaan Demak (didirikan oleh Raja Raden Patah, keturunan Brawijaya, pada tahun 1478). Kerajaan Demak adalah Kerajaan Islam pertama di tanah Jawa. Kekuasaan Kesultanan Demak ini kemudian beralih kepada Kesultanan Pajang dengan Jaka Tingkir sebagai raja, pada tahun 1568.

Tahun 1584, Panembahan Senopati (juga keturunan Brawijaya V) mendirikan kerajaan Mataram dengan ibukota di Kota Gede (Jogjakarta). Tiga tahun kemudian, Mataram menaklukkan Pajang.

Beberapa peristiwa yang menyangkut Kerajaan Mataram adalah sbb:
·1596 VOC mendarat di Banten
·1617 Sultan Agung memindahkan ibukota kerajaan ke Kerta (tidak berlangsung lama)
·1628-1629 Sultan Agung menyerbu pasukan VOC di Batavia.
Wilayah Mataram meliputi : Tegal, Yogyakarta, Kedu, Madiun,Pati, Salatiga, Surabaya, dan Madura.
·1630 Sultan Agung mulai membangun komplek makam untuk keturunannya di bukit Imogiri.
·1648 Amangkurat I memindahkan ibukota ke Plered.
·1677 Amangkurat II memindahkan ibukota ke Kartasura
·1742 Kartasura diduduki Mas Garendi (saudara Sunan PB II) dalam perang Pacinan
·1745-46 Sunan Paku Buwana II memindahkan ibukota ke Surakarta
·11 desember 1749: P. Mangkubumi dinobatkan sebagai Sunan Paku Buwana di Yogyakarta oleh pengikutnya
·1755 Perjanjian Giyanti membagi kerajaan Mataram menjadi dua : Surakarta Hadiningrat (dengan Raja Paku Buwono) dan Ngayogyakarta Hadiningrat (dengan Raja Hamengku Buwono dengan gelar “Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Alega Abdul Rachman Sayidin Panatagama Khalifatullah”. Sangat jelas ‘warna’ Islam-nya.

Masih ada beberapa peristiwa penting dalam perjalanan Kerajaan Mataram, tetapi yang ingin saya tekankan adalah, bahwa Kerajaan Mataram, pada tahun 1755, terbagi menjadi 2, yaitu Surakarta Hadiningrat dan Ngayogjakarta Hadiningrat.
(info lebih lengkap silakan lihat di http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Mataram)

Solo dan Jogja menjadi pusat Kebudayaan Jawa, tetapi kebudayaan Jawa yang sudah bercampur dengan Islam. Jelas Islam Jawa yang berawal dari Brawijaya V inilah yang menjadi “target” dari pembalasan Sabdo Palon yang kecewa, dan Islam Jawa, diwakili oleh Kerajaan Surakarta Hadiningrat dan Ngayogjakarta Hadiningrat. Sabdo Palon akan menghancurkan Surakarta dan Yogjakarta.

Surakarta tidak se-solid Ngayogjakarta. Tahun 1757 Surakarta Hadiningrat terpecah menjadi dua : Surakarta Hadiningrat dan Mangkunegaran. Ini awal dari ”kekacauan” di Kerajaan Surakarta Hadiningrat, hingga sekarang.

Tanda kehancuran Kerajaan Surakarta Hadiningrat, antara lain ketika beberapa kali Keraton terbakar. Tercatat beberapa kali kebakaran menimpa Keraton Surakarta. Tahun 1954 (atau 1955 ?), tahun 1974, tahun 1981, dan paling hebat tahun 1985, yang menghanguskan sebagian besar keraton. Belum selesai pembangunan keraton akibat kebakaran tahun 1985, di tahun 1987 terjadi juga kebakaran kecil.

Jika kembali melihat mitos bahwa Keraton Surakarta dan Ngayogyakarta ”dilindungi” oleh Kanjeng Ratu Kidul, terbakarnya PANGGUNG SANGGA BUWANA tahun 1954 (atau 1955 ?), adalah pertanda bahwa Kanjeng Ratu Kidul sudah tidak menjaga Keraton Surakarta. Panggung Sangga Buwana, diyakini sebagai tempat pertemuan Paku Buwono dengan Kanjeng Ratu Kidul.

Puncak tanda ”kehancuran” Keraton Surakarta, adalah setelah Paku Buwono XII mangkat tahun 2004 yang lalu. Terjadi ”rebutan” jabatan untuk posisi Paku Buwono XIII, antara KGPH Hangabehi dengan KGPH Tedjowoelan. Masing-masing memiliki pendukung, walau yang bertahta sebagai Pakoe Boewono XIII di keraton adalah KGPH Hangabehi, dan KGPH Tedjowoelan juga menjadi Pakoe Boewono XIII di luar Keraton.

Secara faktual saat ini, Surakarta kalah pamor dengan Yogjakarta, sebagai “pusat kebudayaan Jawa” (walau Jawa yang sudah bercampur dengan Islam). Paku Buwono XIII, hanya merupakan jabatan “Raja” yang tak punya kekuasaan yang signifikan, karena Surakarta tetap dipimpin oleh Walikota. Berbeda dengan Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono, adalah Raja sekaligus Gubernur Daerah Istimewa Yogjakarta.

Tanpa “pembalasan” Sabdo Palon-pun, Surakarta sudah “hancur dengan sendirinya”, karena berbagai sebab. Kota Surakarta sekarang bukanlah “Kota Santri”. Paku Buwono XIII, juga bukan menjadi “tokoh Islam” yang diperhitungkan. Apalagi Sinuhun Tedjowoelan (Paku Buwono XIII yang satunya), yang bahkan dalam perjalanan spiritual-nya beberapa kali bertemu dengan Yesus (Yeshua), dan beliau meyakini bahwa Yesus-lah yang sesungguhnya didambakan sebagai Ratu Adil. (untuk hal ini, silakan baca kesaksian beliau di http://di2k.multiply.com/journal/item/90/Ratu_Adil_Paku_Buwono_XIII — dan beberapa teman, termasuk saya, pernah mengkonfirmasi kesaksian ini secara langsung dengan Sinuhun Tedjowoelan, dan benar adanya.).

Jadi, jika Sabdo Palon ingin membalas kekecewaannya pada (keturunan) Brawijaya, maka tinggal Yogyakarta yang menjadi target, Surakarta bisa diabaikan.

Dari sisi politik, sekarang ini, Yogyakarta masih kebingungan soal Gubernur, apakah akan tetap “include” dengan jabatan Raja (Hamengku Buwono), yang tanpa pemilihan, karena jabatan Raja adalah penetapan, atau Gubernur sebaiknya dipilih oleh rakyat melalui Pemilihan Umum. Untuk hal ini jelas ada pro-kontra terhadap sebuah alternatif. Yang jelas, hingga kini, persoalan ini belum tuntas. Tetapi ini menjadi indikasi, bahwa ada pihak yang “mengancam” kewibawaan keraton dengan mengusulkan Gubernur DIY dipilih oleh rakyat, terpisah dengan jabatan Raja.

Persoalan berikutnya, Sultan Hamengku Buwono X, tidak memiliki anak laki-laki, sehingga sampai sekarang belum jelas, siapa nanti yang akan menjadi Sultan Hamengku Buwono XI, apakah anaknya yang perempuan (Gusti Kanjeng Ratu Pembayun), atau adiknya (Hadiwinoto dan jika tidak bersedia, alternatif berikutnya adalah adiknya lagi, Hadisurya). Kalau sampai yang diangkat adalah anak perempuannya, jelas menyalahi tata cara dalam Islam, karena Islam tidak menghendaki pemimpin perempuan. Juga menyalahi kebiasaan Keraton Mataram, karena sejak jaman Panembahan Senopati hingga sekarang, belum pernah ada Sultan perempuan. Keberatan beberapa kelompok Islam dalam pencalonan Ibu Megawati Soekarnoputri untuk menjadi Presiden RI, karena beliau seorang perempuan, dapat memberi gambaran akan persoalan ini. Gelar “Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Alega Abdul Rachman Sayidin Panatagama Khalifatullah” menunjukkan bahwa Sultan juga sebagai pemimpin umat (Islam).

Dari beberapa persoalan di Keraton Ngayogjakarta di atas, sebenarnya sudah nampak bahwa “Mataram Islam” sedang menghadapi persoalan. Jika benar bahwa tahun ini, dengan tanda Merapi bergelegar, mengeluarkan lahar ke arah barat daya, dan mengeluarkan bau tidak sedap (bau belerang), Sabdo Palon sudah mulai membalas kekecewaannya kepada keturunan Brawijaya V, letusan Merapi hanya akan menjadi penambah persoalan dari persoalan-persoalan yang sudah ada.

Kekuatiran beberapa pihak bahwa Merapi akan meletus lebih hebat lagi, bisa dimengerti, karena hanya dengan letusan yang sampai hari ini, Merapi belum menimbulkan “kekacauan” di Keraton Ngayogjakarta. Jogja akan “kacau balau”, jika Merapi meletus lebih hebat lagi, dan menimbulkan banyak korban. Dan ketika Keraton tidak mampu menanggung/mengatasi akibat letusan Merapi (ketika sudah diambil alih Pemerintah RI – karena menjadi bencana nasional), maka peran Keraton akan dibayangi oleh peran negara RI. Dan kalau ini terjadi, maka intervensi selanjutnya pemerintah RI atas Jogjakarta (termasuk berikutnya soal pemilihan Gubernur DIY), bisa semakin intensif, dan jelas ini akan mengancam kredibilitas keraton. Apalagi jika Presiden SBY yang dari Partai Demokrat, berseberangan dengan Sri Sultan Hamengku Buwono X yang “Nasional Demokrat”, maka ada makin banyak alasan dapat dibuat untuk menekan Sultan Hamengku Buwono X.

Berkantornya Presiden SBY di Jogjakarta, TANPA DIDAHULUI status “bencana nasional” bagi letusan Merapi kali ini, menunjukkan “peran berlebihan” dari seorang Presiden Republik Indonesia terhadap persoalan di Yogyakarta, apalagi bencana besar juga terjadi di Wasior dan Mentawai. Bukankah di Yogyakarta, selain ada Gubernur yang masih “berfungsi dengan baik” juga masih ada Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Alega Abdul Rachman Sayidin Panatagama Khalifatullah ingkang kaping X? Jika memang Presiden ingin berkantor di Yogja (dengan alasan apapun) bukankah sebaiknya perlu berkoordinasi (minta ijin) dengan Sultan Jogja, sehingga keputusan Presiden berkantor di Jogja adalah keputusan bersama Sultan Jogja? Nampaknya kali ini Sultan HB X hanya berperan sebagai Gubernur DIY. (via televisi, saya mendengar Pidato Presiden ketika menyatakan akan berkantor di Jogja, sama sekali tidak menyebut nama Sultan Jogja)

Tapi jika memang semua itu sudah digariskan, bahwa ini tanda kehancuran Mataram Islam, dan Sabdo Palon mulai menyebarkan ‘agama budi’, que sera-sera saja, yang mau terjadi, terjadilah. Bencana Merapi, yang sangat mungkin masih berlanjut memakan korban karena akan “berdampak sistemik” (hm…), akan membuktikan bahwa Keraton Jogja (yang Islam itu) tidak mampu menjadi “tempat perlindungan”, maka Islam Jawa akan kehilangan pamor. Dan jika benar demikian, orang Jawa akan memperhatikan kisah Sabdo Palon dan akan mulai memperhatikan/mempelajari “agama budi”, yang bukan Islam. Orang Jawa akan kembali kepada ke-Jawa-annya, kalaupun tidak berani meninggalkan agama Islam, akan menjadi penganut Islam Jawa yang tidak (lagi) ke-Arab-arab-an, JIKA seandainya “jangka” Sabdo Palon ternyata terbukti benar.

Walahualam….

Salatiga, 7 November 2010.
uploaded 8 November 2010 (saat Merapi sedang mengeluarkan awan panas ke arah barat daya — saya dengar dari Radio Jalin Merapi )

(saya berharap tulisan ini menjawab pertanyaan beberapa teman, tentang pandangan saya terhadap letusan Merapi kali ini.)

Oh ya, saya belum berminat membahas berbagai mitos tentang gunung-gunung di Jawa dengan penunggu/penguasa gaib-nya, namun perlu diwaspadai, bahwa Merapi bisa memicu aktivitas gunung-gunung berapi di Jawa lainnya, dan akan menambah sengsara penghuni tanah Jawa.



33 responses to this post.

  1. Bismillah.
    Kami Muslimin selalu siap jihad dan merindukannya, jangankan Jawa (tanah kelahiran kami), ke Chechnya atau Bosnia saja jika ada lampu hijau dari syariah kami siap dengan senang hati insya Allah, Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda :
    أيما أهل بيت من العرب والعجم أراد الله بهم خيرا أدخل عليهم الإسلام
    “Penduduk negeri manapun apakah Arab maupun non Arab yang dikehendaki Allah dengannya kebaikan, akan masuk padanya Islam.” {Shahihah 51, Al Albani}
    Wallahu a’lam.

    Reply

    • Posted by herri on 2010/12/29 at 1:34 pm

      cuma oang bodoh yang mau matipercumaa….. coba pikirmasa ada …. yang menyuruh bunuh diriii… hiii

      Reply

  2. Posted by tp singgih r on 2010/11/12 at 3:39 pm

    Pancen top tenan artikel ini.

    Salam dahsyat dari jogja

    Reply

  3. Posted by David Sumartono on 2010/11/15 at 12:57 pm

    wah ini yang namanya pembalikan , karma yang diterbitkan/dimulai oleh para Wali, berkehendak mengIslamkan Nusantara, tapi tidak sampai terjadi., .,Para Wali sanga yang mencoba dengan kemampuan Ilmunya untuk mempengaruhi Nusantara, tetapi gagal, sebab ada yang menentang, yaitu Siti Jenar,
    Dengan rencana Sabdo Palon untuk menghancurkan agama import sangat tepat, karena dengan cara tersebut ,akan mengakiri kehancuran Nusantara, karena orang2nya merusak tanpa menyadari bahawa agama adalah menjauhkAN DIRI dari Gusti/Tuhannya, dengan bencana demi bencana lama2 akan merubah atmosfir agamais/ fanatisme beragama yang sudah bercokol merusak u para lelembut sebagai tatanan Nusantara akan berachir dengan sendirinya. Baru akan terjadi Masuknya Satrio Piningit, dengan kesaktianya memmimpin dengan dibantu oleh Para pasukan Gaib, yang siap berbaris mendukung Satrio tersebut., memberantas yang fanatis, yang merusak negara,yang menghancurkan Nusantara.
    Maka dengan Pasukan tersebut, mudah untuk menyingkirkan yang melawan tatanan tersebut.
    jadi lupakan saja yang memimpikan pemimpin dari Agama2 Import, atau dengan dalih menggunakan ayat2 Import, Yahh lupakan saja.
    Sabdopalon sudah berpesan akan kembali untuk menghancurkan Agama tersebut, jadi bagi siapa saja yang merasa bukan penganut fanatis, tidak perlu takut untuk di hapuskan dari bumi ini, hanya yang fanatis2 yang akan hancur oleh pasukan gaib, mahluk gaib tersebut, jadi ini yang kita tunggu agar Nusantara cepan kembali dengan Pedoman dan kembalinya ” Gemahripah Loh Jinawi, Tata Tentram Kerta Raharja, tanpa ” tanpa ditakuti oleh aliran Para Wali tersebut. Mudah2an Segera terlaksana. Nusantara akan berkibar jadi Mecusuar Dunia.Amin

    Reply

    • Posted by Teguh Joyo Santiko on 2010/11/21 at 4:47 pm

      peno pancen oke cak…sippp!!!setuju sepenuhnya…trimakasih atas banyak pengetahuan yg sudah Anda berikan…

      Reply

  4. Posted by yatimah on 2010/11/16 at 9:25 pm

    Jarak Banyuwangi dan Jember adalah jangka sabdo palon. Ketika air telaga berubah menjadi wangi. Prabu Brajawijaya tersentuh dgn keharuman air tsb. Dan masuk Islam. Karena keharuman air menandakan keharuman agama Islam. Demikian dikatakan sunan Kalijaga. Sesampai di sebuah tempat. Sabdo Palon yang penasaran membuka kendi tersebut. Ternyata air yg tadinya wangi telah berubah menjadi busuk. Demikian juga nama agama Islam dikaitkan sebagai terorisme oleh mata dunia internasional. Apakah ini berarti agama Islam telah berubah menjadi buruk seperti air got itu ?
    Agama Islam yang pertama dibawa oleh wali songo adalah sebuah agama baik. Tetapi dgn berlalu nya waktu agama tersebut telah berubah jadi busuk. Yg artinya umatnya tidak lagi menaati ajaran islam sesungguhnya. Apakah artinya memang demikian ?

    Reply

  5. Posted by nova on 2010/11/18 at 3:45 pm

    Astagfirullah allazim…
    semua makhluk apapun itu ciptaan Allah S.W.T…
    makin tampak udah mau akhir zaman..manusia makin aneh-aneh saja pola fikirnya.
    Allah Yang Maha Tau semua nya..

    Reply

  6. Posted by erry on 2010/11/19 at 11:37 am

    semoga smw kembali pada jalan yang diridhoiNYA…aman,jaya, Gemahripah Loh Jinawi, Tata Tentram Kerta Raharja,

    Reply

  7. Posted by Ciung on 2010/11/19 at 2:20 pm

    Sedikit sharing.
    Yang terjadi dg Majapahit/Brawijaya pada dasarnya sama dengan Pajajaran/Prabu Siliwangi.
    Tokoh Sabdo Palon kalau di Pajajaran/Prabu Siliwangi disebut Ki Lengser.
    Dari kedua peristiwa itu (Majapahit & Pajajaran), hal yang dianggap salah oleh Sabdo Palon maupun Ki Lengser adalah “Keserakahan terhadap suatu Agama” bukan agamanya (Islam).
    Proses Islamisasi yg agresif, yg merupakan keserakahan (agama) yang salah, bukan agama Islam.
    Jadi masalahnya lebih ke tingkah laku atau budaya, bukan agama.
    Perubahan besar di Nusantara terutama di Jawa akan terjadi bila budaya kembali menjadi “Tanah Subur”. Agama (Islam, Hindu, Budha, Kristen, dll) bagaikan bibit unggul. Sehingga apabila agama (bibit unggul) tersebut ditanam di budaya (Tanah Subur) akan menghasilkan tanaman tumbuh subur dan menghasilkan tentunya….
    Gempa, gunung meletus, dll merupakan bentuk ekspresi alam dalam mengawali perubahan tatanan menuju hal tersebut.
    Ekspresi alam inilah yang disebut “kembalinya Sabdo Palon”.

    Reply

  8. SIAPAPUN DAN APAPUN AGAMA YG ANDA YAKINI SAYA INGATKAN UNTUK BERTOLERANSI YG SEKUATNYA, KISAH2 KAYAK BEGINI JANGAN DITELAN MENTAH2 UNTUK KEPENTINGAN SEMU, KITA DIBEKALI HATI, RASA, DAN AKAL BUDI DISAMPING RAGA, MINTALAH PETUNJUK YG MAHA KUASA AGAR KITA BISA BANYAK BELAJAR PADA SEJARAH SEBAGAI SALAH SATU AYAT-AYAT TUHAN YG BASAH…………………………………………..
    KISAH SABDO PALON NOYOGENGGONG ITU MEMANGNYA KARANGAN SIAPA? GATHOLOCO KARANGAN SIAPA? COBA DECH DIKAJI DENGAN DENGAN ILMU SASTRA,SEJARAH DAN AKAL BUDI KITA, JIKA INGIN OBYEKTIF BERKUMPUL BERSAMA AHLI-AHLI YANG SEPI DARI KEPENTINGAN
    KITA KEMAMPUANNYA TERBATAS TAPI ANGAN-ANGANNYA YANG TAK TERBATAS………….MINTALAH PETUNJUK YANG MAHA KUASA AGAR TIDAK TERSESAT DLM ANGAN-ANGAN…………………………..
    SEJARAH YOGYAKARTA DAN ANDILNYA PADA KEMERDEKAAN RI SERING DINAFIKAN BEGITU SAJA OLEH POLITIKUS2 YANG SEMAKIN HAUS KEKUASAAN ………………
    SADARLAH TANAH JAWA INI RUSAK SEDARI DULU OLEH PARA POLITIKUS YANG HAUS KEKUASAAN :
    – KISAH RAMAPATI DI JAMAN MAJAPAHIT YG SERING ADU DOMBA ANTAR SATRIYA SAMPAI RONGGOLAWE JADI KORBAN
    – KISAH GAJAHMADA DI ERA PERANG BUBAT
    -KISAH SALING BALAS DENDAM DENGAN KERIS EMPU GANDRING SEJAK JAMAN KEN AROK
    DAN BANYAK KISAH KISAH SEJARAH PAHIT ……………….AKIBAT HASU KEKUASAAN UNTUK KEPENTINGAN PRIBADI,KETURUNAN,GOLONGAN DAN BUKAN UNTUK KESEJAHTERAAN SESAMA MANUSIA SECARA ASAH ASIH ASUH
    SEKARANG SENJATANYA BUKAN KERIS TAPI FAHAM IDIOLOGI DAN DEMOKERASI YG NOTABENE ITU PRODUK IMPORT KAN………….
    AGAMA HINDU,BUDHA,ISLAM,KATOLIK,KRISTEN DAN KONGHUCHU SEMUA IMPORT KAN?????
    ADA YG DATANG MELALUI PERDAGANGNAN, ASIMILASI DAN ADA YG MEMBONCENG PENJAJAH EROPA DG SEMBOYAN “GOLD-GOSPEL AND GLORY” RAMPAS KEKAYAAN AMBIL KEJAYAAN DAN SEBARKAN PAHAM AGAMA…………………… KITA JANGAN BINGUNG DENGAN SEJARAH ITULAH KENYATAANNYA……………………………..
    BANYAKLAH BELAJAR – TINGGALKAN FANATISME SEMPIT – DI ATAS LANGIT ADA LANGIT – KEBEBNARAN HAKIKI JAUH LEBIH SEMPURNA DARI KEBENARAN TEMPORAL DAN PARSIAL
    RAHAYU RAHAYU ……………………………….

    Reply

    • Posted by citta on 2010/12/03 at 2:52 am

      Jika mau obyektif juga,
      Quran itu karangan siapa?
      juga tentang malaikat jibril, tentang surga dengan 72 bidadarinya, tentang kabah dan rumah allah, itu semua karangan siapa?
      juga kisah tentang Adam dan Hawa itu karangan siapa?

      Mari berpikir obyektif,
      jika Merapi (saja) diperkirakan sudah berumur 700.000 tahun,
      kira-kira Adam dan Hawa ada berapa ribu tahun yang lalu? sedangkan manusia purba pithecanthropus erectus diperkirakan hidup sekitar 300.000 s/d 500.000 tahun yang lalu, kira-kira mana lebih dulu ada, adam dan hawa atau pithecanthropus erectus?

      hm… atau jangan-jangan Adam dan Hawa itu hanya MITOS saja?
      jika Sabdo Palon yg ditulis sekitar tahun 1500M saja hanya mitos, apalagi kisah Adam dan Hawa yg tidak ada keterangan waktu jelas?

      Reply

      • Posted by Abu Taimiyyah Arif bin Suhadi Al Kalasany on 2011/01/02 at 11:34 am

        Bismillah.
        Saya tidak tahu alam atau bumi ini kapan Allah ciptakan. Namun yang saya ketahui, bahwa manusia diciptakan Allah sebagai khalifah makhluk yang paling mulia dimuka bumi ini adalah baru, artinya sebelum diciptakannya manusia telah ada makhluk lagi sebagai khalifah dimuka bumi ini dan kemudian digantikan oleh manusia, sebagaimana disebutkan didalam Al Qur’an :
        إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً
        “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan (Adam / manusia) khalifah di muka bumi.” {QS. Al Baqarah [2] : 30}
        Menurut Asy Syaikh As Sa’di Rahimahullah : “Hal ini dimaksudkan untuk menggantikan makhluk-makhluk sebelumnya yang hanya diketahui oleh Allah.” http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=16
        Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda :
        خَلَقَ اللَّهُ آدَمَ عَلَى صُورَتِهِ طُولُهُ سِتُّونَ ذِرَاعًا….. فَكُلُّ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَلَى صُورَةِ آدَمَ فَلَمْ يَزَلْ الْخَلْقُ يَنْقُصُ بَعْدُ حَتَّى الْآنَ
        “Allah ciptakan Adam dengan bentuknya, tingginya 60 hasta ….. Maka setiap orang yang masuk surga fisiknya seperti Adam dan tingginya 60 hasta, setelah Adam manusia terus mengecil hingga sampai sekarang.” {HR. Al Bukhari dan Muslim}
        Satu hasta adalah jarak antara siku dengan ujung jari (kurang lebih 40-50 cm), misalkan anggaplah dibulatkan 1 hasta 50 cm atau 0,5 meter, berarti 60 hasta = 30 meter.
        Dari Abu Musa Al Asy’ari Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda :
        إِنَّ اللَّهَ خَلَقَ آدَمَ مِنْ قَبْضَةٍ قَبَضَهَا مِنْ جَمِيعِ الْأَرْضِ فَجَاءَ بَنُو آدَمَ عَلَى قَدْرِ الْأَرْضِ جَاءَ مِنْهُمْ الْأَحْمَرُ وَالْأَبْيَضُ وَالْأَسْوَدُ وَبَيْنَ ذَلِكَ وَالسَّهْلُ وَالْحَزْنُ وَالْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ
        “Sesungguhnya Allah menciptakan Adam dari segenggam tanah yang diambil dari seluruh bagiannya. Maka datanglah anak Adam (memenuhi penjuru bumi dengan beragam warna kulit dan tabiat). Di antara mereka ada yang berkulit merah, putih, hitam, dan di antara yang demikian. Ada yang bertabiat lembut, keras, buruk dan baik.” (HR. Abu Dawud, dan At Tirmidzi, berkata At Tirmidzi : ‘Hasan shahih’, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Sunan keduanya)
        Wallahu a’lam

  9. Posted by agung wid on 2010/11/20 at 9:47 pm

    wuih.. Mantap bener artikel ini.. I LIKE IT.. Kl memang harus terjadi.. Ya terjadilah.. KEMBALIKAN TANAH JAWA ke kejawaannya..

    Reply

  10. Posted by Vidya on 2010/11/21 at 6:10 am

    Dimana bumi dipijak di situ langit di junjung…smga kita semua selalu dlm lindunganNya…

    Reply

  11. Posted by sopoiki on 2010/11/21 at 4:01 pm

    gothak, gathik, gathuk. Semua br bisa ngomong kalau udah terjadi.

    Reply

  12. Posted by Mr.CRS on 2010/11/23 at 1:41 pm

    Semenjak ada yang mengajarkan bahwa dosa manusia bisa ditebus hanya dengan sembahyang 5 waktu dan ritual-ritual lainnya, bahkan dosa membunuh orang lain…

    semakin banyak manusia yang yang tak pernah takut untuk berbuat lalim dan sewenang-wenang…

    Karena dalam diri mereka merasa dosa bisa ditambal dengan ritual……
    Membuat ketidak adilan semakin menyebar, hampir diseluruh tanah jawa,…
    Tidak ada lagi moral, tidak ada lagi budi pekerti….

    Saya sangat mendukung kehadiran sang Sabdo Palon, apabila benar dia akan mengembalikan tatanan sosial yang sudah rusak karena pengaruh orang-orang biadab….

    Reply

  13. ah wong kok mung seneng utak atik gatuk senajan blas gak rasionil
    mempolitisasi bencana, menumpang kepentingan di atas bencana apa itu agama budi????
    mbok yao do mikir sing teges to cah, eman temen leh mu do sekolah
    gaweo becik ojo mung gawe aeng-aeng

    coba diteliti sejarah dan geologinya mas!!!!!!!!!!!!!!

    Brawijaya surut abad 15 M ………….. Merapi sudah ada berjuta tahun sebelum masehi
    Merapi meletus terdahsyat th 1006 mengubur kerajaan mataram kuno yg berbasis hindu budha, Raja Teguh Dharmawangsa memerintah dengan toleransi kuat hindu budha, kemana tuh sabdo palon noyogenggong???????? kok membiarkan kerajaan yg sdh baik budi dengan kemegahan borobudur dan prmbanan serta sambisari kalasan dlll, semuanya terkubur habis ??????
    akhirnya kan mpu sindok memindahkan negeri medang ke Jatim ya kan mas, kemana tuh sabdopalon noyogegnggong???????? logikanya jelas itu tokoh fiktif bukan pemomomg tanah jawa.

    kalau benar ada pemomong tanah jawa tentu sudah ada sejak jaman nenek moyang yang ada di Sangiran itu lho mas………………………… sejak jaman megalitikum apa neolitikum gitu

    padahal sejarahnya membuktikan di tanah jawa ini tumbuh, hidup lalu mati dan tumbuh lagi yang baru hidup lagi lalu mati lagi : orang-budaya-kerajaan dan macem-macem
    yang pasti yang sudah ending gak muncul lagi, selalu ada yang baru
    emang udah digariskan Tuhan “negri-negri yang telah sirna tidak akan bangki lagi” itu jelas ada di kitab suci dan faktual sejarah membuktikannya……………………….

    JADI KALU ANE MENDING BERFIKIR POSITIF DAN LOGIS SBB :
    1. MERAPI ADALAH ALAM YG MEMILIKI “KEHIDUPAN” SENDIRI YANG TUNDUK PADA HUKUM ALAM, MAKA YG MENJELASKANNYA ADALAH ILMU GEOLOGI, PAKARNYA SAAT INI MBAH RONO (DR.SURONO), MERAPI AKAN MELUTUS SESUAI HUKUM ALAM BUKAN PENGARUH MANUSIA DLM HIDUP MAUPUN BUDAYA MANUSIANYA, MUNGKIN TERLALU KECIL EFEK MANUSIA THD MERAPI KECUALI MANUSIA GENDENG MEMBOM NUKLIR TU GUNUNG
    2. KARENA MERAPI TUNDUK PADA HUKUM ALAM MAKA MANUSIA HARUS MEMAHAMINYA DAN MENYESUIAKANNYA SUPAYA LOLOS DARI SELEKSI ALAM, NGAKUO SEKTI MANDRAGUNA NEK TETENGUK NENG PUNCAK MERAPI PAS MBLEDOS YA HANCUR SESUAI KODRATI HUKUM ALAM
    3. MERAPI BUKAN SENJATA ATAU ALAT YG TUNDUK PADA TOKOH FIKTIF SABDOPALON NOYOGENGGONG ITU SANNGAT NAIF TIDAK RASIONIL DAN TIDAK ADA ALAT BUKTINYA, MERAPI TUNDUK PADA HUKUM ALAM YG DICIPTAKAN TUHAN JIKA KITA MASIH IMAN SAMA TUHAN JIKA ATEIS YA SETIDAKNYA IMAN SAMA HUKUM ALAM, CONTONYS PADA TEKANAN 1 ATM AIR DIPANASKAN 100 DERAJAT CELCIUS DIA AKAN MENDIDIH GAK PEDULI SIAPA YANG NGGODOG BANYU KUI ISLAM KRISTEN KAFIR ATEIS WONG EDAN WONG RUSAK APA WONG BERBUDI LUHUR
    4.BAGI YG BERIMAN SAMA TUHAN, MAU ADA MERAPI ATAU TIDAK INTINYA KITA HARUS SIAP MATI, WONG MATI KUI MESTI WAJIB TUR WANGUN KAPAN AE NENG NGENDI AE MERGO OPO AE, MULO SADURUNGE MATI URIPO SING APIK DAN MENUNJUKAN EKSISTENSINYA KALAU MASIH HIDUP, AKU HIDUP BERARTI AKU BERMANFAAT BAGI KEHIDUPAN, AKU ADA KARENA AKU BERFIKIR RASIONAL, BERTINDAK RASIONAL, BERBUDI PEKERTI DAN BERMANFAAT BAGI SESAMA

    TERLALU BANYAK NGEBLOG SEDANGKAN TETANGGA SEBELAH KELAPARAN YO ORA APIK MASSS

    KAKEAN NGENET ORA MELU KEGIATAN SOSIAL RONDA KAMOPUNG YO RA BAIK GITU , SUGENG NDALU SAYA MAU RONDA, MUDAH-MUDAHNA BERMANFAAT UNTUK SESAMA MAHLUK TUHAN YANG DISAYANGI TUHAN AMIIIINNNNNN

    Reply

    • Kalau Merapi memang harus meletus, tidak ada gunanya manusia berdoa minta apapun. Tidak perlu ada doa bersama khan?
      Atau doa bisa mengubah hukum alam?

      kalau sama Sabdo Palon saja tidak tunduk, apalagi sama kita-kita ini, 🙂

      kenapa harus pergi ronda Mas?
      apa masih ada maling? apa malingnya tidak beragama?
      kalau sudah beragama kok masih maling?
      ganti agama budi Mas… biar tidak lagi ada maling dan orang jahat.
      (agama budi tidak perlu ditulis di KTP, tetapi dimengerti, dihayati dan dilakoni)

      Reply

      • Kalau Merapi memang harus meletus, tidak ada gunanya manusia berdoa minta apapun. Tidak perlu ada doa bersama khan?
        Atau doa bisa mengubah hukum alam?

        kalau sama Sabdo Palon saja tidak tunduk, apalagi sama kita-kita ini, 🙂

        kenapa harus pergi ronda Mas?
        apa masih ada maling? apa malingnya tidak beragama?
        kalau sudah beragama kok masih maling?
        ganti agama budi Mas… biar tidak lagi ada maling dan orang jahat.
        (agama budi tidak perlu ditulis di KTP, tetapi dimengerti, dihayati dan dilakoni)

        YANG NAMANYA MALING SELALU ADA SEJAK JAMAN BAHEULA SAMPAI KAPANPUN, MAKANYA ADA KEWASPADAAN DAN RONDA UNTUK BERAMAL SAMA TETANGGA DAN LINGKUNGAN ITU NAMANYA BERMANFAAT UNTUK SESAMA, AGAMA BUDI? EMANG SAMPEYAN NABINYA GITU? KOK NAWARIN AGAMA BARU? LHA WONG AGAMA YG UDAH ADA AJA PADA BELUM MEMAHAMI, MENGHAYATI DAN MENGAMALKAN, MAKANYA AGAMA ITU KAN KONSEP IDEAL, FAKTUALNYA MASIH ADA SEJAK DULU SAMPAI SEKARANG PENYAKIT MASYARAKAT : MALING, KORUPSI, PELACURAN, NGAPUSI ETC
        ORANG MALING KAN KRENA LAPAR, ORANG KORUPSI KARENA MERASA MASIH LAPAR BIARPUN BANYAK HARTA, ORANG KAYA ORANG YANG MAU MEMBERI MESKIPUN MASIH SEDIKIT YG DIMILIKI
        NJENENGAN INI ANEH ANEH AE NDADAK MEMUNCULKAN TOKOH SABDOPALON NOYEOGEGNGGONG SEGALA EMANGNYA ITU BISA MERUBAH PERILAKU MANUSIA JADI BAIK???? ITU KAN CUMA FATALISTIK KITA DENGAN REALITAS SEHINGGA MUNCUL MITOS-MITOS SEPERTI SATRIA PININGIT ETC, KAYAK ORANG YG JENUH DENGAN KENYATAAN DAN BERLARI TIDUR KE ALAM MIMPI, IYA KALAU MIMIPINYA BAIK LHA NEK MIMPINE AE ELEK ? TANGI REALITANE ELEK OPO RA TAMBAH SUSAH DEWE

        APA KURANG TOH TOKOH-TOKOH BAIK YANG SUDAH ADA? DARI BANYAK NABI, ROSUL, WALI, RAJA YANG ALAIM DAN BIJAK
        APA KURANG BAIK TO AGAMA HINDU, BUDAHA, ISLAM, KRISTEN, KATOLIK, KONGHUCHU???? KOK NDADAK DODOLAN AGAMA ANYAR AGAMA BUDI????
        APA KAWRUH BEJA DR KI AGENG SURYAMENTARAM SUDAH TERLALU MERASUK ANDA???? SEHINGGA ANDA SDH MELEMPAR JAUH-JAUH KITAB PERJANJIAN BARU DAN PERJANJIAN LAMA (BIBEL) DAN TIDAK PUAS JUGA DENGAN WEDA TRIPITAKA ATAU ALQUR’AN ????
        HATI-HATI JANGAN TERSESAT DLM KEYAKINAN, MESKIPUN ITU HAK PREROGATIF ANDA………………..
        NABI-NABI DAN RASUL ITU DALAM SATU AGAMA YG SAMA, MESKIPUN SAAT KITA MELIHAT SEKARANG TAMPILANNYA WARNA-WARNI, CARILAH KESEJATIAN DLM PERBEDAAN WARNA-WARNI ITU, WARNA WARNI AKAN SIRNA JADI PUTIH DAN TANPA WARNA, CAHAYA AKAN SIRNA PADA MAHA CAHAYA, DEARUCI DAN BIMA MENYATU PUN AKAN BERPISAH
        ORANG BERZIKIR DAN BEROSARIO AKAN ADA DLM NAFAS YG SAMA….
        ……..EH EH EH, STEL KENDO SIKIK MAS, KALAU ADA WAKTU NONTON TUH “ADVOCAT DEVIL” AL PACINO, BAGUS TUH OLAK ALIK LOGIKA SSYETAN NYA, KALAU SEMPET ADA WAKTU BANYAK BACA JUGA BUKU-BUKUNYA AMSTRONG “THE BATTLE FOR GOD” DAN “HISTORY OF GOD” …………………
        ……..BTW, LAGI-LAGI POLITIK YG BIKIN RUSAK DUNIA DAN MASY
        TIBA-TIBA SBY BIKIN ULAH TTG MONARKINYA JOGJA, WAH DASAR DEMOKRAT LAGI SENGIT BERAT SAMA ND (NASIONAL DEMOKRAT)NYA SURYA PALOH YG DI DLMNYA ADA SULTAN JUGA,…………
        ……..SOPO SING MIKIRKE RAKYATE ??? API-SAPPINE SING MATI URUNG DO DIIJOLI, PENGUNGSI RUNG CETHO NASIBE??? TKW??? GAYUS MALAH NGAKSI, CENTURY WIS LALI, ……… OALAH JAGAD …DEWOBATORO……….. SINUNGGI DATAN AWRAT,

        PARENG BADE LAYAT MALEM-MALEM GINI ADA SRIPAH YO WANGUN , MULO MABNTU NGRUKTI LAYON IKU WANGUN…. PARENG MUGI RAHAYU SING SARWO PINANGGIH

  14. Posted by ogi pracoyo on 2010/11/29 at 11:49 pm

    siap membantu pasukan sabdo palon.

    Reply

  15. mantep tenan… makasih artikelnya pak

    Reply

  16. @setidjo
    ===
    AGAMA BUDI? EMANG SAMPEYAN NABINYA GITU? KOK NAWARIN AGAMA BARU?
    ===

    hm… tampaknya PARADIGMA anda memandang AGAMA masih paradigma lama,
    apakah AGAMA harus selalu seperti 5 atau 6 agama yang sudah ada di Indonesia, perlu Nabi, perlu Kitab, bahkan perlu Tuhan yang berbeda-beda, dengan firman yang berbeda-beda dan ritual yang berbeda-beda?

    coba baca tulisan ini: https://pewijayanto.wordpress.com/2010/08/19/aku-mencari-arti-agama/

    terima kasih

    Reply

  17. Posted by HA on 2010/12/05 at 12:44 pm

    LA ILAHA ILLALLAH

    Reply

  18. Antara lama ana marmaning Hyang Widhi,
    Kusuma taruna jati bebisik Satriya Suci,
    Wus mantun hanggenira piningit linuwaran dening Allah,
    Kinen anyapih gung-agenging perang rusuh,
    Hanyirnakaken durjana durmala durmadi,
    Suksmaning Suksma Jati.
    Sanadyan hamung priyangga prasasat hangadu jalmi,
    Ewa semana mengsahira sami kabarubuh kasoran yudhanira.
    Inggih satriya puniki langgeng dzikire,
    Pandita, guru, kyai iku kang dadi kawulane.
    Narpati Njeng Sunan Herucakra jejulukipun,
    Hambawahi Tanah Jawa,
    Jawa jawi mapan wus ngerti dadi wajibing wong urip sakdurunge mati.
    Pangarsa kang nyata,
    Imam Mahdi tetengeripun.

    sekedar wavana dari kami Pak, kita memang tengah dalam PERANG RUSUH, ketika durjana-durmala-durmadi, para candhala yang lebih mementingkan pencitraan dengan terus membiarkan bahkan ikut serta dalam kehancuran bangsa kita ini.
    semoga segera datang tatanan baru
    rahayu

    SOSIALISME KERAJAAN ALLAH

    Reply

  19. Posted by Wiro djati on 2011/02/24 at 6:23 pm

    Wes… Wes… Tenang broo.. Kene ngombe es teh ben podo anyep.. Nyes.. Nyes..

    Reply

  20. Posted by dando on 2011/02/27 at 3:26 pm

    okelah kalau begitu

    Reply

  21. haqhaha, koq podo bingung , lupakan agamamu, agama kan hanya baju, lepaskan semua seperti bayi baru lahir, kita semua mengenal tuhan ya itu Bopo Biung kita, guru kita kan bahasa lewat pendengaran, penglihatan, laa kalau orang buta tuli siapa yang mengajari tentang Tuhan. ini semua lupa asal usul. Tuhan kita adalah Bapak dan Ibukita, tanpa kasih dan cinta beliau kita tidak pernah ada.

    Reply

  22. hebat Tulisanya, hehehe salam kenal Pak PW

    Reply

  23. senang jika dekat dengan para guru. rasanya kenyang selalu……

    Reply

Leave a reply to ogi pracoyo Cancel reply